♠ Posted by Unknown in Kisah at 2:37 AM
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang kanakes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau Batara yang diutus ke bumi, meneurut kepercaayaan mereka, adam dan keturunannya, termasuk waarga kanakes mempenyai tugas betapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
Pendapat mengenai asal usul orang kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintetis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan pelaut portugis dan tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. masyarakat kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di pakuan pajajaran (sekitar bogor sekarang). sebelum berdirinya kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupan bagian penting Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuahn dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasaan wilayah tersebut, yang disebut Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkan separuh tentara kerajaan yang sudah terlatih untuk menjaga dan merawat kawasan hutan lebat dan berbukit diwilayah Gunung Kendeng tersebut.
Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal masyarakat kanekes yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut . Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas kanekes sendrir dari serangan musuh-musuh pajajaran.
Van Tricht, seorang dokter yang pelakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyankal teori tersebut. Menurut dia , orang kenakes adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pihak luar. Orang kanekes sendiripun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-orang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda orang Baduy merupakan penduduk setempak yang dijadikan mandala'(kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. kabuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal, pokok, jati).
Oleh karna itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandalah adalah Rakeyan Darmasiksa.
Masyarakat suku baduy banten termasuk salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar itulah salah satu keunukan Suku Baduy. Sehingga wajar mereka sangat menjaga betul pikukuh' atau ajaran mereka, entah berupa kepercayaan dan kebudayaan mereka. Masyarkat Suku Baduy benar-benar menjaga adat istiadatnya dan sangat menjaga alam sekitar. Meraka sadar meraka hidup dengan alam dan berdampingan dengan alam , sehingga mereka harus memiliki kearifannya terhadap alam. Banyak ajaran Suku Baduy berupa larangan dan anjuran yang sebenarnya di khusus kan untuk menjaga alam. Sampai saat ini, suku baduy dalam tidak mengenal budaya baca tulis. Yang mereka tahu, ialah aksara hanacaraka (aksara sunda). Anak-anak suku baduy dalam pun tidak bersekolah, kegiatannya hanya sekitar sawah dan kebun. Menurut mereaka inilah cara mereka melestarikan adat leluhurnya. meskipun sejak pemerintahan Soeharto sampai sekarang sudah di adakan upaya untuk membujuk mereka agar mengizinkan pembangunan sekolah, namun mereka selalu menolak. Sehingga banyak cerita atau sejarah mereka hanya ada di ingatan atau cerita lisan saja
Semoga Bermanfaat...
0 comments:
Post a Comment